Jumat, 31 Januari 2014

DIANGGAP (HARUS) BISA, PADAHAL?


Pernahkah anda merasakan banyak orang meminta bantuan anda, padahal anda tidak merasa memiliki modal kemampuan untuk memberikan solusi atas masalahnya? Dalam suasana yang memaksa anda agar mau tidak mau, untuk berkata “Inggih” dan bersedia membantunya. Dikarenakan pengharapan yang sangat, dan mereka yaqin, se-yaqin, yaqin-nya bahwa anda mempunyai kapasitas yang sebagaimana mereka harapkan atas diri anda.
Saya pernah dihadapkan dalam posisi tersebut, dan berikut cuplikannya.

“Dianggap (Harus) Bisa” Memasukkan Personel Menjadi PNS
Peristiwa ini terjadi pertama kali 2 tahun lalu, yang disusul dengan beberapa permintaan yang sama pada tahun-tahun setelahnya. Paling baru adalah beberapa hari lalu hal semacam ini terjadi, mereka beranggapan bahwa saya memiliki ‘kesaktian’ yang cukup untuk hal yang demikian itu. Sudah saya sampaikan hal yang sebenarnya tentang saya, saya ini mung cantrik. E.. tetep saja mbanggel. Hmm... Harus saya  jawab bagaimana?
"Dianggap (Harus) Bisa" Membantu Menaikkan Pangkat Jabatan
Suatu siang, ada seorang Kasubid di salah satu SKPD Kabupaten X, menyetorkan Curicum Vitae(CV)-nya kepada saya, dengan harapan agar saya menyerahkan CV nya kepada Bupati setempat. Sebab, sudah lama ia menantikan kenaikan pangkat yang sudah lama itu-itu saja. Entah apa yang berada pada fikirannya tentang saya. Lah saya itu siapa? kok ia percaya betul ke seonggok Wildan. Hedew... Harus saya jawab bagaimana?
“Dianggap (Harus) Bisa” Mencairkan Proposal Ke Pemerintah Kabupaten, Provinsi, Pusat.
Ini yang membikin saya heran, dari mana mereka dapat informasi samacam itu. Ya, kalau saya koar-koar lalu  promo tong kosong, nge-cap, atau semacamnya, saya tidak pernah berbuat hal sedemikian nista itu, yang membikin orang terbujuk dengan rayuan saya. Saya ndak pernah berbuat begitu dan tidak pernah angkat bicara terkait hal pencairan proposal. Sudah sering saya katakan bahwa saya tidak se’sakti' itu, tapi mereka tetap keukeuh dengan pendiriannya, bahwa saya bisa melakukan semua itu. Seperti saat saya menuis catatan ini, saya sedang menunggu seseorang yang hendak bertemu dengan saya, terkait permohonan bantuan dana yayasannya yang mereka titpkan kepada saya plus pembuatan proposal sekalian, dan memohon untuk diserahkan pihak terkait untuk ditindak lanjuti.  Harus jawab apa saya?
“Dianggap Bisa” Memberikan Dana Pinjaman
Adegan ini berlangsung sangat sering. Pernah suatu ketika, ada seorang gadis memberi tahu via sms, bahwa dia butuh uang untuk modal usahanya sekian juta, dimana modal itu di luar kapasitas budgeting saya. Saya bertanya kepada yang bersangkutan, kenapa alasan dia menghubungi saya dalam hal ini. Dia merasa yakin bahwa masalah ini bisa diselesaikan apabila menghubungi saya. Hmm... harus jawab apa saya?
“Dianggap (Harus) Bisa” Menjadi Psikolog
Suatu hari ada dua orang ibu memanggil saya, lalu dia bercerita puanjaang luebaar tentang masalah hukum yang sedang membelitnya. Satu ibu yang lain mengadu terkait perceraian anaknya, satu lagi terkait masalah delik aduan. Lalu mereka berdua minta solusi atas masalah tersebut. Padahal, saya tidak pernah mengalami kedua masalah itu, semoga saja tidak akan pernah. Tapi mereka tetap berkeyakinan bahwa  saya dituntut untuk memberikan solusi atas keduanya. Hmm.. Harus jawab apa saya?
“Dianggap (Harus) Bisa” Menjadi Perantara Dalam Perjodohan
Tiga minggu lalu ada seorang laki-laki menghubungi saya, agar dapat mencarikan jodoh untuk putra seorang tokoh masyarakat di pulau madura. Saya bilang, insya Allah saya usahakan. Namun tidak bisa dipungkiri perasaan saya waktu itu, “Seekor Faiz Wildan ki opo yo iso?”
Lalu dua minggu lalu, seorang ibu yang sangat galau hatinya akan putrinya yang belum menikah dalam usianya yang semakin ‘senior’, dua kali beliau kerumah singgah saya, yang bertujuan agar anaknya dapat dicarikan jodoh anak yang berasal dari daerah yang dekat dari malang. Begitu besar dan espektasinya agar saya dapat memberikan solusi. Padahal e.. padahal, saya sendiri belum menikah! Hmm... Harus jawab bagaimana saya? 
“Dianggap (Harus) Bisa” Menjadi Makelar Elektronik
Entah apa yang berada di benak laki-laki ini tentang saya, tapi cukup menggelitik. Tidak ada angin tidak ada hujan, dia menelpon saya begini: “ Mas, ada TV di pegadaian yang murah gitu?” ”Kalau ada tolong saya di hubungi ya”. Padahal berhubungan dengan pegadaian sekalipun, saya belum pernah. Tapi kok? Hmm... harus jawab bagaimana saya?
“Dianggap (Harus) Bisa” Berperan 'semacam' Muballigh
Ini bermula ketika saya berkunjung di sebuah desa malang timur.  Kebetulan saya sedang silaturrahmi ke rumah tokoh masyarakat setempat pada hari jum’at. Lalu dia menodong saya dengan statement:” Jumat ini jadwal saya khutbah di masjid Jami’, sampeyan yang menggantikan saya jumat kali ini.” Wuadwuh!
Pernah juga suatu saat salah satu dosen sebuah PTN di malang yang sama sekali tidak pernah mengenal saya sebelumnya, lalu via telpon beliau berbicara:”Ini mas Wildan ya?”” Begini mas, saya sekarang sedang di Malaysia, padahal jumat ini saya harus khutbah di Masjid......., sampeyan yang badal ya, yang biasa membadali saya juga tidak bisa.” hmmm... Harus saya jawab bagaimana? Padahal betapa belepotannya rohani saya akan tugas itu.
------------------
Dikala banyak pengharapan yang ditimpukkan kepada saya, dan tidak memberikan kesempatan kepada saya untuk menjawab "Maaf, saya tidak bisa". Karena mereka tidak akan menerima dan tidak prcaya atas semua jawaban ketidak mampuan kita. Maka, sementara ini, saya masih menjawab semua 'harapan' itu dengan :" INSYA ALLAH NGGIH, SEMOGA SAYA BISA BANTU..."1 answer, for all hopes. Hmmmmmm...
Mungkin, hal semacam cerita diatas sering anda jumpai dalam kehidupan anda, dimana orang membutuhkan bantuan kepada anda, namun anda sendiri merasa tidak berada dalam kapasitas yang mumpuni untuk menangani hal tersebut.
Yaqinlah, bahwa dalam suasana seperti itu, sebenarnya alam sedang mengajarimu tentang banyak hal. Tentang sesuatu yang sebelumnya tidak anda miliki sebelumnya, dan menjadi ilmu baru bagi anda yang kemudian menjadi kemampuan ‘ajaib’ yang baru saja anda miliki.
Ini ceritaku, bagaimana ceritamu?
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.25

0 komentar:

Posting Komentar