Pernahkah anda merasakan banyak orang meminta bantuan anda, padahal
anda tidak merasa memiliki modal kemampuan untuk memberikan solusi atas
masalahnya? Dalam suasana yang memaksa anda agar mau tidak mau, untuk
berkata “Inggih” dan bersedia membantunya. Dikarenakan pengharapan yang sangat, dan mereka yaqin, se-yaqin, yaqin-nya bahwa anda mempunyai kapasitas yang sebagaimana mereka harapkan atas diri anda.
Saya pernah dihadapkan dalam posisi tersebut, dan berikut cuplikannya.
“Dianggap (Harus) Bisa” Memasukkan Personel Menjadi PNS
Peristiwa
ini terjadi pertama kali 2 tahun lalu, yang disusul dengan beberapa
permintaan yang sama pada tahun-tahun setelahnya. Paling baru adalah
beberapa hari lalu hal semacam ini terjadi, mereka beranggapan bahwa
saya memiliki ‘kesaktian’ yang cukup untuk hal yang demikian itu. Sudah
saya sampaikan hal yang sebenarnya tentang saya, saya ini mung cantrik. E.. tetep saja mbanggel. Hmm... Harus saya jawab bagaimana?
"Dianggap (Harus) Bisa" Membantu Menaikkan Pangkat Jabatan
Suatu
siang, ada seorang Kasubid di salah satu SKPD Kabupaten X, menyetorkan
Curicum Vitae(CV)-nya kepada saya, dengan harapan agar saya menyerahkan
CV nya kepada Bupati setempat. Sebab, sudah lama ia menantikan kenaikan
pangkat yang sudah lama itu-itu saja. Entah apa yang berada pada
fikirannya tentang saya. Lah saya itu siapa? kok ia percaya betul ke seonggok Wildan. Hedew... Harus saya jawab bagaimana?
“Dianggap (Harus) Bisa” Mencairkan Proposal Ke Pemerintah Kabupaten, Provinsi, Pusat.
Ini yang membikin saya heran, dari mana mereka dapat informasi samacam itu. Ya, kalau saya koar-koar lalu promo tong kosong, nge-cap, atau semacamnya, saya tidak pernah berbuat hal sedemikian nista itu, yang membikin orang terbujuk dengan rayuan saya. Saya ndak
pernah berbuat begitu dan tidak pernah angkat bicara terkait hal
pencairan proposal. Sudah sering saya katakan bahwa saya tidak se’sakti'
itu, tapi mereka tetap keukeuh dengan pendiriannya, bahwa saya
bisa melakukan semua itu. Seperti saat saya menuis catatan ini, saya
sedang menunggu seseorang yang hendak bertemu dengan saya, terkait
permohonan bantuan dana yayasannya yang mereka titpkan kepada saya plus pembuatan proposal sekalian, dan memohon untuk diserahkan pihak terkait untuk ditindak lanjuti. Harus jawab apa saya?
“Dianggap Bisa” Memberikan Dana Pinjaman
Adegan
ini berlangsung sangat sering. Pernah suatu ketika, ada seorang gadis
memberi tahu via sms, bahwa dia butuh uang untuk modal usahanya sekian
juta, dimana modal itu di luar kapasitas budgeting saya. Saya
bertanya kepada yang bersangkutan, kenapa alasan dia menghubungi saya
dalam hal ini. Dia merasa yakin bahwa masalah ini bisa diselesaikan
apabila menghubungi saya. Hmm... harus jawab apa saya?
“Dianggap (Harus) Bisa” Menjadi Psikolog
Suatu hari ada dua orang ibu memanggil saya, lalu dia bercerita puanjaang luebaar
tentang masalah hukum yang sedang membelitnya. Satu ibu yang lain
mengadu terkait perceraian anaknya, satu lagi terkait masalah delik
aduan. Lalu mereka berdua minta solusi atas masalah tersebut. Padahal,
saya tidak pernah mengalami kedua masalah itu, semoga saja tidak akan
pernah. Tapi mereka tetap berkeyakinan bahwa saya dituntut untuk
memberikan solusi atas keduanya. Hmm.. Harus jawab apa saya?
“Dianggap (Harus) Bisa” Menjadi Perantara Dalam Perjodohan
Tiga
minggu lalu ada seorang laki-laki menghubungi saya, agar dapat
mencarikan jodoh untuk putra seorang tokoh masyarakat di pulau madura.
Saya bilang, insya Allah saya usahakan. Namun tidak bisa dipungkiri
perasaan saya waktu itu, “Seekor Faiz Wildan ki opo yo iso?”
Lalu
dua minggu lalu, seorang ibu yang sangat galau hatinya akan putrinya
yang belum menikah dalam usianya yang semakin ‘senior’, dua kali beliau
kerumah singgah saya, yang bertujuan agar anaknya dapat dicarikan jodoh
anak yang berasal dari daerah yang dekat dari malang. Begitu besar dan
espektasinya agar saya dapat memberikan solusi. Padahal e.. padahal,
saya sendiri belum menikah! Hmm... Harus jawab bagaimana saya?
“Dianggap (Harus) Bisa” Menjadi Makelar Elektronik
Entah
apa yang berada di benak laki-laki ini tentang saya, tapi cukup
menggelitik. Tidak ada angin tidak ada hujan, dia menelpon saya begini: “ Mas, ada TV di pegadaian yang murah gitu?” ”Kalau ada tolong saya di hubungi ya”. Padahal berhubungan dengan pegadaian sekalipun, saya belum pernah. Tapi kok? Hmm... harus jawab bagaimana saya?
“Dianggap (Harus) Bisa” Berperan 'semacam' Muballigh
Ini
bermula ketika saya berkunjung di sebuah desa malang timur. Kebetulan
saya sedang silaturrahmi ke rumah tokoh masyarakat setempat pada hari
jum’at. Lalu dia menodong saya dengan statement:” Jumat ini jadwal saya khutbah di masjid Jami’, sampeyan yang menggantikan saya jumat kali ini.” Wuadwuh!
Pernah
juga suatu saat salah satu dosen sebuah PTN di malang yang sama sekali
tidak pernah mengenal saya sebelumnya, lalu via telpon beliau
berbicara:”Ini mas Wildan ya?”” Begini mas, saya sekarang sedang di
Malaysia, padahal jumat ini saya harus khutbah di Masjid.......,
sampeyan yang badal ya, yang biasa membadali saya juga tidak bisa.” hmmm... Harus saya jawab bagaimana? Padahal betapa belepotannya rohani saya akan tugas itu.
------------------
Dikala
banyak pengharapan yang ditimpukkan kepada saya, dan tidak memberikan
kesempatan kepada saya untuk menjawab "Maaf, saya tidak bisa". Karena
mereka tidak akan menerima dan tidak prcaya atas semua jawaban ketidak
mampuan kita. Maka, sementara ini, saya masih menjawab semua 'harapan'
itu dengan :" INSYA ALLAH NGGIH, SEMOGA SAYA BISA BANTU..."1 answer, for all hopes. Hmmmmmm...
Mungkin,
hal semacam cerita diatas sering anda jumpai dalam kehidupan anda,
dimana orang membutuhkan bantuan kepada anda, namun anda sendiri merasa
tidak berada dalam kapasitas yang mumpuni untuk menangani hal tersebut.
Yaqinlah,
bahwa dalam suasana seperti itu, sebenarnya alam sedang mengajarimu
tentang banyak hal. Tentang sesuatu yang sebelumnya tidak anda miliki
sebelumnya, dan menjadi ilmu baru bagi anda yang kemudian menjadi
kemampuan ‘ajaib’ yang baru saja anda miliki.
Ini ceritaku, bagaimana ceritamu?
0 komentar:
Posting Komentar