Kamis, 30 Januari 2014

ABU 'JUSUF KALLA' NAWAS (edisi revisi)

Hari Sabtu di penghujung tahun 2011 lalu, Allah memberikan kesempatan buat saya untuk belajar banyak dari seorang tokoh besar negara ini, Jusuf Kalla. Pagi itu ada undangan  kepada saya untuk hadir di kampus Universitas Brawijaya dalam acara penganugerahan gelar Honoris Causa Bidang Ekonomi Bisnis, yang beberapa waktu lalu juga mendapatkan penghargaan atas pemikirannya yang disebut Kallanomics.

Tampak hadir sederetan Tokoh nasional dalam kesempatan itu, diantaranya: Adyaksa Daud, Efendi Ghozali, Sofyan Jalil, Indra J. Piliang, Ibu Syarwan Hamid, Komaruddin Hidayat, Bambang Sukarni, dan beberapa tokoh lainnya. Sepertinya,  saya laksana satu umat Nabi Muhammad yang ukurannya kecil, berada di tengah kumpulan umat Nabi Adam yang memiliki Ukuran tubuh yang super besar. Seorang kurcaci di tengah bumi manusia. Seekor Faiz Wildan berada di tengah Tokoh pemangku kebijakan. Ah, cuek bebek saja, mereka menjadi tokoh nasional seperti yang saya lihat saat itu hanya karena waktu saja, siapapun bisa ketika tiba waktunya, begitu pikiran saya saat itu.
Paling tidak langkah pikiran saya saat itu efektif untuk menghibur diri saya agar percaya diri tidak timbul tenggelam.:).

Setelah acara seremoni anugerah gelar, di gedung Widyaloka, agenda selanjutnya bergeser ke gedung Fakultas ekonomi UB. Disana sudah disiapkan acara Tasyakuran Round Table yang diselingi dengan testimoni dari beberapa tokoh-tokoh yang hadir di kesempatan tersebut.

Berikut nukilan beberapa diantara testimoninya, walaupun tidak semua, yang dibungkus dalam suasana makan siang yang gayeng. Mumpung ingat, terdapat adegan ter-cakep saat makan siang itu, Pak JK ikut mengantri sendiri makanan di meja prasmanan untuk mengambil menu santapanya bersama para hadirin yang lainnya, dibelakang saya, tanpa canggung! sangat low profile, padahal ia-lah 'Pengantin' dalam acara tersebut. Kalau boleh jujur, adegan itulah 'prestasi terbaik' saya,: mendahului mantan wapres RI mengambil makanan dalam prasmanan di satu meja hidangan yang sama...;).( yah...kalau memang hal itu pantas disebut prestasi sih. Namun apabila ditinjau dari sisi adab, ya... saya termasuk bagian dari rakyat yang su'ul adab).
Ups, mari kita kembali ke pembahasan, berikut komentar mereka tentang JK:

Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
“Saya pernah membaca buku yang berjudul “Black Swan”, disana disebutkan bahwa ada adagium yang mengatakan “The colour of swan is white”, namun suatu hari ada seseorang yang pernah melihat di daerah Inggris, terdapat angsa yang berwarna hitam, seketika itu temuannya akan angsa hitam yang “tidak biasa” itu menghancurkan adagium tersebut. Jusuf Kalla pun demikian, banyak sekali pikiran orang itu linier, mengikuti pakem, yang aman-aman dan seperti manusia biasa pikirkan. Namun tidak bagi Jusuf Kalla, ia selalu memberikan banyak ide segar dan tidak biasa, yang kemudian ‘memaksa’ dunia akademis untuk mengakuinya sebagai ragam khasanah keilmuan yang revolusioner yang telah dilahirkan oleh Jusuf Kalla selaku pandegan, seperti Kalla nomics. Dan dia lah Black Swan itu.” pungkasnya.

Adiyaksa Daud (Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga)
Pernah dalam suatu rapat terbuka yang dipimpin oleh presidan SBY, guna menyambut pertemuan international di Bali dalam rangka Climate Change Conference . Presiden SBY memerintahkan MS. Ka’ban (Menteri Kehutanan waktu itu), untuk membuat anggaran agenda tersebut. Namun terdapat tarik ulur terkait besaran anggaran yang diperkirakan sulit untuk di penuhi. Lalu, Pak JK menyela diantara perdebatan besaran anggaran itu. Begini katanya:”Boleh saya berbicara?” “Sewaktu saya umroh ke Mekkah, tidak saya dapati hutan, melainkan luasnya padang pasir. Ketika saya terbang dengan pesawat diatas langit eropa, tidak pula saya lihat luasnya hutan seluas Indonesia. Nah, Indonesia berarti memang betul-betul sebagai paru-paru dunia, karena kita ikut menjaga iklim dunia dan negara mereka, maka mereka harus bayar kepada Indonesia. Mintakan kepada negara anggota seminar untuk pendanaanya.”
MS. Ka’ban pun membantahnya, “Tidak bisa begitu Pak. Paling tidak, pihak kita separuh, negara anggota separuh, 50:50.”
“Kalau begitu, berapa jumlah anggaran keseluruhan, lalu naikkan jumlahnya dua kali lipat, nah... kita sumbang yang separuhnya!”
“Sangat cerdas! Dan jenaka pula!” kata saya. Dan, seluruh forum rapat waktu itu tertawa.

Effendi Ghozali (Pakar ilmu Komunikasi Politik UI)
“Pertama kali saya menerima undangan untuk hadir pada acara hari ini, saya harus teliti betul di bidang apa Pak JK akan diberi gelar HC, dan ketika saya tahu di beri gelar dalam bidang ekonomi dan bisnis, maka saya memutuskan untuk hadir. Karena gelar itu sangat pas bagi beliau."terangnya. "Kalau hari ini beliau mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa, seharusnya ada satu gelar yang pantas disematkan kepada beliau, yaitu: PRESIDEN HONORIS CAUSA!” ucap kocaknya menutup testimoni, disambut tepuk tangan para undangan yang hadir.

Abdullah (Penanggung Jawab Program  konversi LPG)
Sewaktu beliau menjadi Wak. Presiden, beliau bertanya kepada saya tentang jangka waktu berapa lama konversi LPG berlangsung, maka saya jawab,”5 tahun Pak.” Lalu beliau menjawab,”Wah lama sekali? Selesaikan dalam jangka 2 tahun!” Saya jawab, "Waduh pak, mati saya.” Dengan enteng beliau menjawab,”Ya.. mati saja.” " Dan, Alhamdulillah, 2 tahun selesai juga tugas itu." "Ada satu lagi yang unik dari Pak JK, setiap rapat selalu membawa kalkulator besar, cukup dengan itu beliau dapat menghitung anggaran negara untuk banyak keputusan yang di sumbangkan kepada negara ini."

NN,(saya lupa namanya)
‘Sewaktu kunjungan ke Jepang untuk presentasi tentang PMI dan Indonesia, ada salah satu peserta yang mengintrupsi kepada Pak JK, dia menuntut pertanggung jawaban Indonesia tentang perambahan dan penyusutan hutan yang terjadi dalam kurun waktu 1960-sekarang. Dengan santai Pak JK menjawab, pada tahun 1969 sampai sekarang negara Jepang adalah negara terbesar tujuan ekspor kayu Indonesia, jadi negara anda-lah yang saya kira harus bertanggung jawab!”. Sangat Abu nawas! Seketika itu, si penanya tadi terdiam membisu. Skak Mat!
Berbicara tentang meng-Skak Mat orang, Andy F. Noya pernah menjadi "korban"-nya. Dalam programnya ia sedang mewawancarai Pak JK dalam kapasitasnya sebagai Ketua PMI. Andy bertanya kepada Pak JK:
Andy:"Sebagai ketua PMI, sudah berapa kali Bapak mendonorkan darah anda?"
JK:" Lima belas kali..."
Andy:"Cuma Lima Belas kali?"
JK:"Ya.."
Andy:"Tapi kok berani menjadi Ketua PMI?"
Lalu Pak JK menyela balik bertanya...
JK:"Kalau anda sudah berapa kali donor darah?"
Andy:"Hmm... dua kali."
JK:"Paling tidak, saya lebih banyak daripada anda." jawab JK sambil tersenyum. Dan, disambut gerr oleh penonton. Lagi-lagi: Skak Mat!

Semoga tulisan yang sedikit terlambat ini, tidak mengurangi rasa tulisan guna menyadari: Ternyata masih ada tokoh bangsa ini yang cekatan terhadap situasi yang menuntut keputusan express untuk Pertiwi ini...
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 12.24

0 komentar:

Posting Komentar