Jumat, 31 Januari 2014

WAHANA PULAS


Dalam wahana pulasmu, terdapat sepetak lahan
Yang akan sangat sayang bila tak digunakan untuk mimpi indah nan nyaman
Mimpi tentang ketercapaian cita dan ketentraman
Mampirlah kedalam bilik mimpiku pabila berkenan
Akan ku seduhkan teh cinta manis khusus untukmu, pasti  ku buatkan

Malam ini, semua sudah tersedia
Dan selalu tersedia disetiap malamnya
Tinggal menunggu gemerincing gelang kakimu sebagai aba-aba
Pertanda kedatanganmu akan segera tiba
Tak perlu durja, tersedia senyum disetiap penyambutannya...
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 02.08

TAHU PETIS


Bukan bentuk tahu, maupun rasa dari judul diatas yang saya mau tulis dalam coretan ini, karena rasanya-pun tidak ada yang spesial dari tahu petis satu ini, biasa. Namun yang spesial adalah: sosok penjual dari tahu petis keliling satu ini, dengan gerobak becak yang ia modifikasi sedemikian rupa, hingga bisa dialih fungsikan sebagai alat penjemput rizki bagi keberlangsungan kepulan asap dapur keluarganya, dengan menjual tahu-tahu tradisional yang ia kulak dari produsen tahu. Dapat anda bayangkan, betapa tidak banyak labanya, apabila dijual 500 perak /biji, dari harga kulak 400 perak/bijinya.
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 02.07

KEINDAHAN RABU


Kalau Nabi Muhammad mempunyai hari kesukaan yang menjadikan hari senin adalah hari kesukaan sebab hari kelahirannya. Maka saya juga mempunyai hari favorit, yaitu hari jum’at, selain termaktub sebagai sayyidul ayyam, dihari itulah saya dilahirkan. Sehingga banyak hal yang biasa saya siapkan disetiap kedatangan hari itu, bukan niat untuk mengkultuskan salah satu hari, bukan. Melainkan sebuah hereditas saya untuk melakukan itu.
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 02.05

PERSELINGKUHAN MALAM


Maafkan aku pagi,
Sampai saat ini pun aku belum bisa menceraikan malam...
Bukannya senja adalah lebih nendang dari pandang orang
Bukan pula siang lebih bertenaga untuk berkarya
Melainkan aku hanya merasa nyaman bersama elok malam
Dalam malam-lah aku bisa menerima tamu yang sebagian tak diundang pun datang...
Cintaku pada malam, laiknya cinta sang merak pada bulu indahnya
Merekahnya bukan untuk kesombongan
Namun merekahnya adalah keistimewaan...
Kalaupun harus berselingkuh,
Maka ku pilih secangkir kopi dan sarung
Dengan berselingkuh dengannya, aku tak terpisah dengan malam...
Aku, yang sudah terlanjur jatuh cinta...
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 02.04

Sabtu, Buntu-Bantu!


Sudah kita sepakati hari ini bernama Sabtu...
Kenapa pula tidak disepakati penyelesai jalan buntu...
Tidak ada yang buntu dengan saling bantu
Bukannya aku pengkultus Sabtu
Namun belum ada alasan untuk tidak saling bantu, menghadapi Si Gerbang Buntu

Hari ini,
Awali dengan Cinta
Akhiri dengan Cinta
Mulakan bersama Gandrung
Pungkaskan Tanpa murung...

Kereta belum melesat
Semua masih berhak untuk berangkat
Berlarilah, belum terlambat
Tetap semangat!
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 02.03

HUJAN DI WARUNG SATE


Ini adalah hari pertama saya menikmati kembali Si Hujan yang sudah lama kami tak bersua, setelah sekian lama dipisahkan oleh kemarau. Mungkin juga bukan pertama kalinya hujan turun di beberapa daerah lainnya, tapi sekaranglah yang pertama bagi kulit saya untuk disapanya. Baunya yang khas, menghilangkan keluhan saya yang harus tiba-tiba berbelok arah ke warung sate untuk sejenak berteduh dari sapanya. Tidak ada perlengkapan apapun untuk menyambutnya, seperti jas hujan, sandal cadangan pengganti sepatu apabila hujan tiba disaat saya berkendara bersama Muhammad Shogun, sepeda terkasih saya. Sekali lagi, tidak membuat saya keluh atas kedatangannya.  Adeeemm.... rasanya. Disinilah saya mendapatkan adegan indah yang sudah lama tidak saya tonton, seperti petang ini. Dalam warung sate.
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 02.01

CINTA & KEJUTAN


Cinta itu tak terduga,
Lestarikan ketidak terdugaan
Maka akan ada kejutan
Kejutan yang apabila terbahasakan:
Dengan hormat, perkenankan kami memanggilnya Cinta…

Biarkan ia mengalir menuju muara
Lalu pulang ke pertapaan senja…
Benar kata ia tak beraga
Jangan salah, ia bernyawa dan berjiwa
Laiknya nyawa dan jiwa...
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.59

KISAH CINTA SAHABAT IV


oleh: Hamba Allah(semoga terahmati)
Izinkan, untuk menulisnya kembali...
Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.
Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah.
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.58

Musik Hujan Gadis Akhir Zaman


Musik hujan yang ritmis
Melengkapi indahnya kamis gerimis
Sebulan lalu kau terlahir dengan senandung tangis manis
Teruslah manis,  dan tetaplah manis...
Wardah, negeri utara memanggilmu
Widad, eyang membahasakanmu
Silwa, rakyat surga menyapamu...
Tidaklah terkurang sayang meski berbeda sebut,
Sayang kami mengalir lembut

Semakin bertambah kesibukanmu berpolah menggemaskan
Bangunlah! Berteriaklah!
Sambut kembali regukan harum susu ibumu
Jadikan modal energi penggubah negeri
Teruslah berteriak!
Kabarkan kepada semua, engkaulah kelak gadis akhir zaman
Gadis pemangku perjuangan dan simbol kesalihahan....
                                                                                                        Kamis 27 okt 2011
*) Janji Tulisan untuk keponakan disetiap bulannya...
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.54

Gadis Mungill Tak Bernama


Selamat datang wahai gadis mungil yang belum genap sehari menghirup dunia
Rasakan setiap kegembiraan yang ada pada masing-masing pemasung rindu
Buatlah mereka terkejut dengan kibasan-kibasan gerakan polosmu
Tangismu hari ini, adalah memanggil semua ruh pemancang jiwa juang sepanjang hidupmu nanti
Nyenyaklah dalam timangan pasca tangismu....
Kembali hiruplah hawa keIlahian...

Wahai gadis mungil tak bernama
Pesonakan alam dengan santunmu...
Mulyakan bundamu yang dengan bangga melahirkanmu dengan robekan dan darah mengalir
Patuhi buyamu yang dengan suara lirihnya melantunkan adzan petunjuk kehidupan
Jangan pernah menjadi perempuan biasa, menjadilah luar biasa...
Tidak mudah menjadi tangguh, jangan pernah mengeluh...
Terlaju  garis darah pejuang dalam dirimu, hempaskan dari warna semu
Wahai gadis mungil, jangan berkecil, kami bersamamu...
Di Hari Kelahiran, Selasa 27 September 2011
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.50

TERIMA KASIH (9 NOV 2011)


Terima kasih Gusti, atas kedatangan-Mu yang tak pernah terlambat
Terima kasih ruh, jiwa, serta raga, yang setia menyatu dengan nafas ketauhidan
Terima kasih keluarga, atas semua pelukan
Terima kasih sahabat, atas eratnya elok jabat tangan
Terima kasih alam, atas empat warna pengiring dan nikmat setiap musim
Terima kasih bidadari, yang rela menungguku di bibir suarga
Terima kasih keindahan, denganmu aku beserta dalam setiap keburukan
Terima kasih syukur, bersamamu lah aku menikmati helai pentakdiran
Terima kasih bahagia, setiamu berdua denganku, adalah kekuatan  disetiap aral
Terima kasih senyum
Terimakasih bijak
Terimakasih kedewasaan
Terima kasih iman
Terimakasih berkah
Terima kasih damai
Terima kasih tentram
Terima kasih penyanding sabar, ngalah, nriman, loman
Karena bersama kalianlah aku ingin tetap menikmati sisa hidup...
Terima kasihku, untuk semua....
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.49

KEDATANGAN


Sudah lama aku berdamai dengan cinta
Sudah lama pula aku berdamai dengan senandung
Laiknya perdamaianku dengan hujan
Yang setiap kedatangannya aku endus dengan kecupan
Orang bilang “itu derita”
Aku bilang “itu nikmat tak terkira”
Hari ini ia datang lagi
Dalam bungkus yang berbeda
Seperti biasa, kedatangannya tiba-tiba...
Tanpa rencana!
Tanpa rencana prasangka manungsa
Sangat terencana menurut Penguasa...
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.46

SINDEN MABUK


Gamelan sudah mulai ditabuh
Mari melantai bergerak mengikuti aliran
Serasikan tarian dan langgam
Lalu bersiaplah melesat masyuk dalam larut gending
Malam semakin pekat, menambah nikmat berlipat-lipat
Nyai sinden berpolah melenggak lenggok penuh gairah
Menambah semangat para ma’rifat billah yang semakin membuncah!
Lengkingan suara sinden menambah syahdu audiensi bareng Gusti
Oh... tayuban para kera sakti.
Tunggu aku, jangan ditinggal
Butuh segelas tuak menghantar penghangat badan.
(Laa ilaa ha illa anta, Subhaanaka inni kuntu minadzoolimiin...)
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.44

SELAMAT MALAM PAGI-PAGI...


Selamat malam pagi-pagi....
Maaf aku masih belum bisa melepaskan romansaku bersama malam...
Bukannya aku lebih mencintai malam dari pada pagi,
Bukan pula aku lebih simpatik kabut dari pada embun,
Sebab di malamlah aku melihat terik mentari
Yang biasa disebut dengan rembulan...
Pada malamlah aku lebih jelas melihat panorama alam
Dimana kebanyakan penglihatan mengeluh rabun gulita
Kebenderangan dalam kegelapan...
Di malamlah aku berjumpa dengan para artis loukh al mahfudz
Yang biasa dikata dengan mimpi sekedar mimpi...
Dalam malam pula aku menjumpai penduduknya mengucapkan secara apa adanya:
“aku cinta padamu, aku cinta padamu, aku cinta padamu!”
Dimana suara itu semakin samar terdengar seiring munculnya rembulan
Yang biasa terucap ”Matahari segera terbit.”
Selamat malam pagi-pagi...
Sudah saatnya untuk tidur
Yang biasa orang sebut,
Selamat pagi...
“Sudah saatnya untuk bangun...”
Oh... eloknya wisata malam....!!!
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.42

KADO INDAH UNTUK SESAMA...


Bergembiralah, sebagaimana hari ini pepohonan mengibas-ibaskan daunnya
Tanda keringanganya
Tenanglah, sebagaimana laut melandankan permukaan
Tanda ketentramannya
Ucapkan yang baik, sebagaimana si burung yang berkicau elok membuka hari
Tanda dzikir kepada Pemiliknya
Sambutlah rizkimu tak kenal ampun
Laiknya lalat yang seolah terbang percuma, namun tidak ternyata.
Bergegaslah!
Terdapat takdir didepan menunggu pembuktian...
Buat apa berduka lama?
Ah, membuka  pintu neraka saja...
Biarkan malaikat Malik menganggur! hiasi hidup dengan syukur!
Berikan kado indah untuk sesama, sebisa dan semampunya...
Dengan begitu, engkau akan melambai indah dengan senyum yang terbuka.
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.41

JUJUR ITU SATU, CINTA ITU SERIBU= 1


Jujur itu sederhana
Sebagaimana kau menyebutkan angka tepat pada jam,
Kurang berapa, lebih berapa.
“Jujur itu sulit, berbeda dengan menyebutkan pukul berapa!”
“Konsekwensinya besar!”
Begitu sekiranya ucapan terlontar bagi sang alasan
Itulah kenapa harga kejujuran melambung mahal
Karena jujur itu satu
Bukan seribu...
Demikian pula dengan cinta, tapi sedikit berbeda
Katakan dengan sederhana
Lakukan dengan paripurna
Dengan ribuan komitmen untuk menjaganya...
Cinta itu seribu, sejuta, semilyar, bahkan trilyunan
Namun hanya untuk satu...
Untuk Yang Satu.
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.39

HUJAN

Hujan,
Saudaraku kini terpaksa berenang tak asyik
Kenapa datangmu  tak lagi bersenandung gemericik?
Kalau bukan kamu yang tak asyik, lalu siapa yang tak asyik?
Atau memang mahluk jenisku yang ‘ber-otak’ terbalik?
Yang mengaku cerdik. Tapi bermazhab picik!
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.37

PROKLAMASI PARIPURNA


Boleh dibilang pada pukul 09.59, 17-08-1945 negeri ini belum merdeka
Pun demikian dengan aku, pada detik ini msih boleh kau bilang belum merdeka
Tapi jangan kau sebut beberapa waktu kemudian, karena semua akan menampakkan beda,
Pada saatnya...
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.36

RESTORASI JUM’AT-an


Mungkin judul diatas mengundang pertanyaan dibenak anda, kenapa harus di restorasi ibadah jumat yang selama ini kita laksanakan?Bukankah prosesi Ibadah sholat jumat adalah ya sudah begitu sedari dulunya?apakah restorasi ibadah sholat jumat tidak bid’ah? Mungkin pertanyaan-pertanyaan itulah yang sedang bergelanyut dalam pemikiran anda, sebagai umat islam.
Bukanlah se-ekstrem begitu yang dimaksud, penulis hanya ingin membuat agar suasana ibadah kita tidak membosankan, dan menjadikan ‘waktu tidur paling nikmat’ saat khutbah berubah menjadi fungsi sebenarnya, yaitu memberikan siraman ruhani yang betul-betul dapat merasuk dan teresap manis pada para jamaah ibadah sholat jum’at. Plus dapat memberikan efek luar biasa positif baik dalam hubungan hablumminallah dan hablum minannas-nya. Setelah keluar dari masjid di setiap jum’atnya.
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.33

KE-MBULET-AN CINTA


Cinta.. cinta...
Ku cari kau dilorong, di pelataran kau muncul
Ku gali kau di bumi, beterbangan kau dilangit
Ku jemput kau ke barat, ke timur kau berada
Cinta...cinta...
Apa maumu?
Ku ajak ngopi, katanya nggak jaman lagi
Ku ajak mengaji, dikira sok religi
Ku ajak berlari, e... malah pergi
Cinta... cinta...
Lama-lama ku seret ke neraka, kamu!
Biar gampang mencari keberadaanmu!
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.31

BELAJAR SYUKUR DARI NEGERI SUMENEP


Sebuah kecelakaan yang terjadi hampir 7 bulan lalu memaksa saya untuk rest at home yang menyebabkan diri saya absen dalam jangka beberapa bulan dari aktivitas biasanya. Kecelakaan saat itu mencederai kaki kiri saya. Kecelakaan lalu lintas semacam ini bukanlah yang pertama kali. 15 bulan lalu, tangan kanan saya yang harus di bopong 1,5 bulan lamanya. Sebab itulah, menghadapi cobaan kali itu mental saya jauh lebih siap ketimbang kejadian pertama dulu. Alhamdulillah, tidak ada gugup dan kehebohan sendiri yang saya ciptakan, landai-landai saja. Tapi kalau masalah sakit, nah... jangan ditanya, itu yang tidak bisa di tahan, sama sakitnya! Hedew.
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.28

DIANGGAP (HARUS) BISA, PADAHAL?


Pernahkah anda merasakan banyak orang meminta bantuan anda, padahal anda tidak merasa memiliki modal kemampuan untuk memberikan solusi atas masalahnya? Dalam suasana yang memaksa anda agar mau tidak mau, untuk berkata “Inggih” dan bersedia membantunya. Dikarenakan pengharapan yang sangat, dan mereka yaqin, se-yaqin, yaqin-nya bahwa anda mempunyai kapasitas yang sebagaimana mereka harapkan atas diri anda.
Saya pernah dihadapkan dalam posisi tersebut, dan berikut cuplikannya.
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.25

HUJAN


Hujan,
Saudaraku kini terpaksa berenang tak asyik
Kenapa datangmu  tak lagi bersenandung gemericik?
Kalau bukan kamu yang tak asyik, lalu siapa yang tak asyik?
Atau memang mahluk jenisku yang ‘ber-otak’ terbalik?
Yang mengaku cerdik. Tapi bermazhab picik!
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.22

DATANG BULAN


Ini penghujung bulan...
Aku ingin segera melewati Januari
Dimana mendung dan pletikan hujan mengiring perjalanan
Segeralah pula kulewati mereka, para Bulan Februari, Maret, April, Mei...
Lalu singgah dalam Juni, sejenak menikmati singgasana Raja Angling Dharma...
Inginku melesat kulewati para Bulan itu, menuju hamparan  bulan-bulan selanjutnya
Teringat pesan Sang Tuhan, “Teruslah tapaki Bulan itu, Aku siapkan banyak keindahan!”
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.20

SYI'IR BAYEN


Selamat datang wahai gadis mungil yang belum genap sehari menghirup dunia
Rasakan setiap kegembiraan yang ada pada masing-masing pemasung rindu
Buatlah mereka terkejut dengan kibasan-kibasan gerakan polosmu
Tangismu hari ini, adalah memanggil semua ruh pemancang jiwa juang sepanjang hidupmu nanti
Nyenyaklah dalam timangan pasca tangismu....
Kembali hiruplah hawa keIlahian...

Wahai gadis mungil tak bernama
Pesonakan alam dengan santunmu...
Mulyakan bundamu yang dengan bangga melahirkanmu dengan robekan dan darah mengalir
Patuhi buyamu yang dengan suara lirihnya melantunkan adzan petunjuk kehidupan
Jangan pernah menjadi perempuan biasa, menjadilah luar biasa...
Tidak mudah menjadi tangguh, jangan pernah mengeluh...
Terlaju  garis darah pejuang dalam dirimu, hempaskan dari warna semu
Wahai gadis mungil, jangan berkecil, kami bersamamu...
                                                                    Di Hari Kelahiran, Selasa 27 September 2011
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.13

TAK BER AKSARA


Lama sudah aku bicara tak beraksara
Lama pula aku tak menyapamu bersama kata
Kau bilang, “aku merindukannya.”
Hilang ingatanku merangkai kata mutiara
Tapi tidak untuk makna…
Mungkin aku tampak semakin bodoh
Mungkin itu yang dinamakan berjodoh
Berjodoh dengan bodoh
Hari ini kutampak ringan
Ringan dengan kesendirian
Kesendirian persemedian
Sesaat lagi, tunggulah Molotov itu merubah kesunyian aksara
Menggelegar, merangsek, menggedor, mencipta ulang makna bicara tanpa aksara sarat makna
Maafkan aku, hai pembicara. Lama sudah tak menyapa
Ini caraku mengenalkan kepada dunia, bicara tanpa aksara…
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.10

ENFP | The Inspirer

ENFP adalah inisiator dalam perubahan, tajam dalam perseptif adanya kemungkinan. Mereka memberi energi dan merangsang orang lain melalui api antusiasme mereka. Mereka tak kenal lelah dalam mengejar sesuatu yang baru ditemukan. ENFP mampu mengantisipasi kebutuhan orang lain, lalu menawarkan bantuan. Mereka membawa semangat, sukacita, keaktifan, dan menyenangkan untuk semua aspek kehidupan mereka.

Mereka adalah yang terbaik dalam situasi yang memungkinkan mereka untuk mengekspresikan kreativitas mereka dan menggunakan karisma mereka. Mereka cenderung mengidealkan orang, dan bisa kecewa ketika realitas gagal memenuhi harapan mereka. Mereka mudah frustasi jika proyek tersebut membutuhkan banyak perhatian terhadap “detail”.
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 01.09

Kamis, 30 Januari 2014

SECARIK TULISAN TENTANG MUHAMMAD

Tidaklah ia tertidur kecuali nyaman dalam dekapan kami,  sehingga mengantarkannya dalam dunia mimpinya menjadi para pecinta Qur’an yang kelak akan terjadi.

Tidak pernah aku dapati dalam ia menggigau kecuali lantunan sepenggal rapalan Al-quran yang terpatah-patah.
Tidaklah hari-harinya terlewati kecuali dengan keakrabannya bersama Al-quran.

Tidaklah keberangkatan anakku sekolah, tanpa  kami balas kecupannya kepada punggung tangan kami yang meninggalkan bekas ludah basahnya, dengan kecupan penuh kasih sayang pada kening dan kedua pipinya.

Tidaklah ia membawa bekal makanan sekolah kecuali 3 potong roti . 1 untuknya, dan 2 sisanya untuk teman yang kebetulan saat ia makan sedang berada disampingnya
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 12.41

ABU 'JUSUF KALLA' NAWAS (edisi revisi)

Hari Sabtu di penghujung tahun 2011 lalu, Allah memberikan kesempatan buat saya untuk belajar banyak dari seorang tokoh besar negara ini, Jusuf Kalla. Pagi itu ada undangan  kepada saya untuk hadir di kampus Universitas Brawijaya dalam acara penganugerahan gelar Honoris Causa Bidang Ekonomi Bisnis, yang beberapa waktu lalu juga mendapatkan penghargaan atas pemikirannya yang disebut Kallanomics.

Tampak hadir sederetan Tokoh nasional dalam kesempatan itu, diantaranya: Adyaksa Daud, Efendi Ghozali, Sofyan Jalil, Indra J. Piliang, Ibu Syarwan Hamid, Komaruddin Hidayat, Bambang Sukarni, dan beberapa tokoh lainnya. Sepertinya,  saya laksana satu umat Nabi Muhammad yang ukurannya kecil, berada di tengah kumpulan umat Nabi Adam yang memiliki Ukuran tubuh yang super besar. Seorang kurcaci di tengah bumi manusia. Seekor Faiz Wildan berada di tengah Tokoh pemangku kebijakan. Ah, cuek bebek saja, mereka menjadi tokoh nasional seperti yang saya lihat saat itu hanya karena waktu saja, siapapun bisa ketika tiba waktunya, begitu pikiran saya saat itu.
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 12.24

Sejenak Mengenal Ahmad Faiz Wildan lebih dekat

Wildan, biasa dipanggil. Lahir dari pasangan pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Sumberpucung, KH. Masyur MBA dan Ibu Nyai Hj. Siti Choridah. Lahir pada tanggal 09-11-1984, putra darah asli karangasem Gondanglegi. 

Mengenyam pendidikan dasar di MI dan Mts. Darussalam Jatiguwi(1996-1999). MA. Al-Maarif Singosari sekaligus belajar di Pesantren Ilmu Al-Qur’an asuhan KH. Bashori Alwi (1999-2002). Pasca aliyah sempat mengambil program bahasa inggris di beberapa lembaga di Pare-Kediri. Tutor sebaya di Mahesa Institute Pare Kediri (2002-2003).Melanjutkan jenjang kuliah S-1 di UIN Maulana Malik Ibrahim jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (2008). Selama kuliah aktif berproses di beberapa organisasi kemahasiswaan Malang dan berkhidmat di Ma’had Sunan Ampel Al-ali UIN Malang. Meneruskan jenjang S-2 di Pasca sarjana UM Malang, jurusan Sosiologi Politik(2010). 
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 00.42

Rabu, 29 Januari 2014

MARI SALING BANTU

Apa yang anda rasakan pertama kali melihat gambar poses pembangunan gedung pendidikan ini? Padahal sudah satu tahun setengah proses pembangunan renovasi berlangsungi. Hanya bermodal, keberanian, ide, semangat,nafas, dan doa semua proses ini berjalan.
Miris? Empati?atau malah, biasa-biasa saja?
Ini adalah Madrasah Tsanawiyah Darussalam,yang terletak di daerah perbatasan malang selatan, Desa Jatiguwi, Kec. Sumberpucung, Kab. Malang. Ditengah perkembangan zaman, populasi Madrasah yang kian punah, madrasah ini berusaha tetap survive guna tetap mempertahankan ruh pendidikan agama bagi anak didiknya yang masih setia mengenyam pendidikan di lembaga keagamaan tersebut.
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 11.20

Selasa, 28 Januari 2014

KEBUDAYAAN LOKAL : SEBUAH IDENTITAS DALAM ERA HIPERGLOBALISASI

Oleh : Fariha Ilyas
ABSTRACT

Globalization has made this world looks smaller and seems like a unity. Time and space reduction has changed people’s mindsets, attitudes, and behaviors. Nevertheless, the ambiguities in this unity hit individual’s consciousness who is appealing the hidden identity. At that moment, the appreciation of local culture becomes so urgent; it is not only about finding identity but also an effort of appreciating the relevance in the global culture. In a relation with the education, the local culture should be able to be the spirit underlying every effort in shaping a better generation in the future.
Key words: Globalization, Culture, Space and Time, Education
Ditulis oleh: Faiz Wildan CATATAN GUS WILDAN Updated at : 13.14