![]() |
Gunung Kelud dengan danau kawah (1980) |
Gunung Kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut yang berarti
"sapu" dalam bahasa Jawa; dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot,
Kloet, atau Kloete) adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia, yang masih aktif. Gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten
Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang , kira-kira 27 km sebelah timur
pusat Kota Kediri.
Bersama dengan Gunung Merapi, Gunung Kelud merupakan gunung berapi
paling aktif di Indonesia. Sejak tahun 1000 M, Kelud telah meletus lebih dari
30 kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index
(VEI). Letusan terakhir Gunung Kelud terjadi pada tahun 2014.
Morfologi
Gunung api ini termasuk dalam tipe stratovulkan dengan
karakteristik letusan eksplosif. Seperti banyak gunung api lainnya di Pulau
Jawa, Gunung Kelud terbentuk akibat proses subduksi lempeng benua
Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Sejak tahun 1300 Masehi, gunung ini
tercatat aktif meletus dengan rentang jarak waktu yang relatif pendek (9-25 tahun),
menjadikannya sebagai gunung api yang berbahaya bagi manusia.
Kekhasan gunung api ini adalah adanya danau kawah (hingga akhir
tahun 2007) yang membuat lahar letusan sangat cair dan membahayakan penduduk
sekitarnya. Akibat aktivitas tahun 2007 yang memunculkan kubah lava, danau
kawah nyaris sirna dan tersisa semacam kubangan air.
Puncak-puncak yang ada sekarang merupakan sisa dari letusan besar
masa lalu yang meruntuhkan bagian puncak purba. Dinding di sisi barat daya
runtuh terbuka sehingga kompleks kawah membuka ke arah itu. Puncak Kelud adalah
yang tertinggi, berposisi agak di timur laut kawah. Puncak-puncak lainnya
adalah Puncak Gajahmungkur di sisi barat dan Puncak Sumbing di sisi selatan.
Catatan aktivitas Gunung Kelud
![]() |
Gunung Kelud 1901 |
Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari
15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari
10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara
ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada
tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu
pemukiman penduduk.
Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901,
1919 (1 Mei), 1951, 1966, dan 1990. Pola ini membawa para ahli gunung api pada
siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini. Memasuki abad ke-21, gunung ini
erupsi pada tahun 2007, 2010, dan 2014. Perubahan frekuensi ini terjadi akibat
terbentuknya sumbat lava di mulut kawah gunung.
Letusan 1919
![]() |
Gunung Kelud 1919 |
Letusan Gunung Kelud tahun 1919 tercatat dalam laporan Carl Wilhelm
Wormser (1876-1946), pejabat Pengadilan Landraad di Tulung Agung (masa kolonial
Belanda), yang menjadi saksi mata bencana alam tersebut.Disebutkan, pada 20 Mei
1919 siang, tiba-tiba langit gelap. Hilangnya matahari membuat semua yang hidup
menjadi takut dan gentar. Hujan abu dan batu yang turun. Para penduduk desa di
lereng gunung berusaha menyelamatkan apapun yang dapat diselamatkan: harta dan
jiwa dan hewan peliharaan. Semuanya berlarian menghindari kekerasan alam. Lari!
Lari kemanakah dirimu? Bernafas semakin sulit. Udara semakin mencekik semua
yang bernafas. Bunyi desiran semakin dekat dan kuat. Aliran lahar menghancurkan
semuanya dan mengganggu jalan keluar untuk manusia. Bangunan dan pepohonan
besar patah menjadi kecil-kecil bak korek api. Kawah memuntahkan lahar dan abu
dan disertai awan gas beracun. Hutan, tanah dan sawah ditutup kain kafan
berwarna abu-abu. Belasan desa raib dari peta bumi. Ribuan korban jiwa dikubur
hidup-hidup.
Letusan ini termasuk yang paling mematikan karena menelan korban
5.160 jiwa , merusak sampai 15.000 ha lahan produktif karena aliran lahar
mencapai 38 km, meskipun di Kali Badak telah dibangun bendung penahan lahar
pada tahun 1905. Selain itu Hugo Cool pada tahun 1907 juga ditugaskan melakukan
penggalian saluran melalui pematang atau dinding kawah bagian barat. Usaha itu
berhasil mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik.
Karena letusan inilah kemudian dibangun sistem saluran terowongan
pembuangan air danau kawah, dan selesai pada tahun 1926. Secara keseluruhan
dibangun tujuh terowongan. Pada masa setelah kemerdekaan dibangun terowongan
baru setelah letusan tahun 1966, 45 meter di bawah terowongan lama. Terowongan
yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini
berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik.
Letusan 1990
Letusan 1990 berlangsung selama 45 hari, yaitu 10 Februari 1990
hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan 57,3 juta
meter kubik material vulkanik. Lahar dingin menjalar sampai 24 kilometer dari
danau kawah melalui 11 sungai yang berhulu di gunung itu.
Letusan ini sempat menutup terowongan Ampera dengan material
vulkanik. Proses normalisasi baru selesai pada tahun 1994.
Letusan 2007
Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih
terus berlanjut hingga November tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya
suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau
kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan
oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang
berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000
jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus mengungsi. Namun letusan
tidak terjadi.
Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelud kembali
meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah
dan kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul
16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala
letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu
rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm)
menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah
Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan
kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan
terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m. Para ahli menganggap
kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera
terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan
tahun 1990.
Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin
berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan
menjadi "siaga" (tingkat 3).
Danau kawah Gunung Kelud praktis "hilang" karena
kemunculan kubah lava yang besar. Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi air
keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.
Letusan 2014
![]() |
Gunung Kelud 2014 |
Peningkatan aktivitas Gunung Kelud mulai terjadi di akhir tahun
2013. Pada 10 Februari 2014, Gunung Kelud dinaikkan statusnya menjadi Siaga dan
kemudian Awas pada tanggal 13 Februari pukul 21.15 diumumkan status bahaya
tertinggi, Awas (Level IV)[10], sehingga radius 10 km dari puncak harus
dikosongkan dari manusia. Belum sempat pengungsian dilakukan, pada pukul 22.50
telah terjadi letusan tipe ledakan (eksplosif). Erupsi tipe eksplosif seperti
pada tahun 1990 (pada tahun 2007 tipenya efusif, yaitu berupa aliran magma)
diprediksikan akan terjadi setelah hujan kerikil yang cukup lebat dirasakan
warga di wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur, lokasi tempat gunung
berapi yang terkenal aktif ini berada, bahkan hingga kota Pare, Kediri. Wilayah
Wates dijadikan tempat tujuan pengungsian warga yang tinggal dalam radius
sampai 10 kilometer dari kubah lava menurut rekomendasi dari Pusat Vulkanologi,
Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG). Suara ledakan dilaporkan terdengar
hingga kota Solo dan Yogyakarta (200 km), bahkan Purbalingga (lebih kurang 300
km), Jawa Tengah.
Keadaan di wilayah Bantul, DIY, saat hujan abu vulkanik Gunung
Kelud melanda wilayah ini pada pagi hari tanggal 14 Februari 2014
Dampak berupa abu vulkanik pada tanggal 14 Februari 2014 dini hari
dilaporkan warga telah mencapai Kabupaten Ponorogo, bahkan di Yogyakarta hampir
seluruh wilayah tertutup abu vulkanik yang cukup pekat melebihi abu vulkanik
dari Merapi. Ketebalan abu vulkanik di kawasan Yogyakarta dan Sleman bahkan
diperkirakan lebih dari 2 centimeter. Dampak Debu abu vulkanik juga mengarah ke
arah Barat Jawa, dan dilaporkan sudah mencapai Kabupaten Ciamis, Bandung dan
beberapa daerah lain di Jawa Barat. Di daerah Madiun dan Magetan jarak pandang
untuk pengendara kendaraan bermotor atau mobil hanya sekitar 3-5 meter karena
turunnya abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut sehingga banyak
kendaraan bermotor yang berjalan sangat pelan. Di sisi lain banyak pengguna kendaraan
atau warga di sekitar Kota Madiun yang terganggu akibat Erupsi tersebut.
Menyusul adanya letusan intruksi Kemenhub menutup sementara
beberapa bandar udara di Pulau Jawa seperti Bandar Udara Internasional Juanda
Surabaya, Bandar Udara Abdul Rachman Saleh Malang, Bandar Udara Achmad Yani
Semarang, Bandar Udara Adi Sutjipto Yogyakarta, Bandar Udara Adi Sumarmo
Surakarta, Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap dan Bandar Udara Husein Sastranegara
Bandung.
Letusan 2014 telah dideteksi oleh PVMBG dan ditanggapi dengan
peningkatan status menjadi Waspada (level II). Pada tanggal 10 Februari status
meningkat menjadi Siaga (Level III), dan persiapan-persiapan mengenai
kebencanaan telah mulai dilakukan. Kawasan seputar 5 km dari titik puncak kawah
telah disterilkan dari kegiatan manusia. Letusan Kelud kali ini paling dahsyat
dibanding letusan sebelumnya pada tahun 1990.(id.wikipedia.org)
0 komentar:
Posting Komentar