Jumat, 31 Januari 2014
WAHANA PULAS
Dalam wahana pulasmu, terdapat sepetak lahan
Yang akan sangat sayang bila tak digunakan untuk mimpi indah nan nyaman
Mimpi tentang ketercapaian cita dan ketentraman
Mampirlah kedalam bilik mimpiku pabila berkenan
Akan ku seduhkan teh cinta manis khusus untukmu, pasti ku buatkan
Malam ini, semua sudah tersedia
Dan selalu tersedia disetiap malamnya
Tinggal menunggu gemerincing gelang kakimu sebagai aba-aba
Pertanda kedatanganmu akan segera tiba
Tak perlu durja, tersedia senyum disetiap penyambutannya...
Ditulis oleh: Faiz Wildan
CATATAN GUS WILDAN
Updated at :
02.08
TAHU PETIS
Bukan bentuk tahu, maupun rasa
dari judul diatas yang saya mau tulis dalam coretan ini, karena
rasanya-pun tidak ada yang spesial dari tahu petis satu ini, biasa.
Namun yang spesial adalah: sosok penjual dari tahu petis keliling satu
ini, dengan gerobak becak yang ia modifikasi sedemikian rupa, hingga
bisa dialih fungsikan sebagai alat penjemput rizki bagi keberlangsungan
kepulan asap dapur keluarganya, dengan menjual tahu-tahu tradisional
yang ia kulak dari produsen tahu. Dapat anda bayangkan, betapa tidak
banyak labanya, apabila dijual 500 perak /biji, dari harga kulak 400
perak/bijinya.
Ditulis oleh: Faiz Wildan
CATATAN GUS WILDAN
Updated at :
02.07
KEINDAHAN RABU
Kalau Nabi Muhammad mempunyai hari kesukaan yang menjadikan hari senin adalah hari kesukaan sebab hari kelahirannya. Maka saya juga mempunyai hari favorit, yaitu hari jum’at, selain termaktub sebagai sayyidul ayyam, dihari itulah saya dilahirkan. Sehingga banyak hal yang biasa saya siapkan disetiap kedatangan hari itu, bukan niat untuk mengkultuskan salah satu hari, bukan. Melainkan sebuah hereditas saya untuk melakukan itu.
Ditulis oleh: Faiz Wildan
CATATAN GUS WILDAN
Updated at :
02.05
PERSELINGKUHAN MALAM
Maafkan aku pagi,
Sampai saat ini pun aku belum bisa menceraikan malam...
Bukannya senja adalah lebih nendang dari pandang orang
Bukan pula siang lebih bertenaga untuk berkarya
Melainkan aku hanya merasa nyaman bersama elok malam
Dalam malam-lah aku bisa menerima tamu yang sebagian tak diundang pun datang...
Cintaku pada malam, laiknya cinta sang merak pada bulu indahnya
Merekahnya bukan untuk kesombongan
Namun merekahnya adalah keistimewaan...
Kalaupun harus berselingkuh,
Maka ku pilih secangkir kopi dan sarung
Dengan berselingkuh dengannya, aku tak terpisah dengan malam...
Aku, yang sudah terlanjur jatuh cinta...
Ditulis oleh: Faiz Wildan
CATATAN GUS WILDAN
Updated at :
02.04
Sabtu, Buntu-Bantu!
Sudah kita sepakati hari ini bernama Sabtu...
Kenapa pula tidak disepakati penyelesai jalan buntu...
Tidak ada yang buntu dengan saling bantu
Bukannya aku pengkultus Sabtu
Namun belum ada alasan untuk tidak saling bantu, menghadapi Si Gerbang Buntu
Hari ini,
Awali dengan Cinta
Akhiri dengan Cinta
Mulakan bersama Gandrung
Pungkaskan Tanpa murung...
Kereta belum melesat
Semua masih berhak untuk berangkat
Berlarilah, belum terlambat
Tetap semangat!
Ditulis oleh: Faiz Wildan
CATATAN GUS WILDAN
Updated at :
02.03
HUJAN DI WARUNG SATE
Ini adalah hari pertama saya
menikmati kembali Si Hujan yang sudah lama kami tak bersua, setelah
sekian lama dipisahkan oleh kemarau. Mungkin juga bukan pertama kalinya
hujan turun di beberapa daerah lainnya, tapi sekaranglah yang pertama
bagi kulit saya untuk disapanya. Baunya yang khas, menghilangkan keluhan
saya yang harus tiba-tiba berbelok arah ke warung sate untuk sejenak
berteduh dari sapanya. Tidak ada perlengkapan apapun untuk menyambutnya,
seperti jas hujan, sandal cadangan pengganti sepatu apabila hujan tiba
disaat saya berkendara bersama Muhammad Shogun, sepeda terkasih saya.
Sekali lagi, tidak membuat saya keluh atas kedatangannya. Adeeemm....
rasanya. Disinilah saya mendapatkan adegan indah yang sudah lama tidak
saya tonton, seperti petang ini. Dalam warung sate.
Ditulis oleh: Faiz Wildan
CATATAN GUS WILDAN
Updated at :
02.01
CINTA & KEJUTAN
Cinta itu tak terduga,
Lestarikan ketidak terdugaan
Maka akan ada kejutan
Kejutan yang apabila terbahasakan:
Dengan hormat, perkenankan kami memanggilnya Cinta…
Biarkan ia mengalir menuju muara
Lalu pulang ke pertapaan senja…
Benar kata ia tak beraga
Jangan salah, ia bernyawa dan berjiwa
Laiknya nyawa dan jiwa...
Ditulis oleh: Faiz Wildan
CATATAN GUS WILDAN
Updated at :
01.59
KISAH CINTA SAHABAT IV
oleh: Hamba Allah(semoga terahmati)
Izinkan, untuk menulisnya kembali...
Salman
Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang
dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil
tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai
sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal
sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.
Tapi
bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat
kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki
adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia
berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang
pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan
tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah.
Ditulis oleh: Faiz Wildan
CATATAN GUS WILDAN
Updated at :
01.58
Musik Hujan Gadis Akhir Zaman
Musik hujan yang ritmis
Melengkapi indahnya kamis gerimis
Sebulan lalu kau terlahir dengan senandung tangis manis
Teruslah manis, dan tetaplah manis...
Wardah, negeri utara memanggilmu
Widad, eyang membahasakanmu
Silwa, rakyat surga menyapamu...
Tidaklah terkurang sayang meski berbeda sebut,
Sayang kami mengalir lembut
Semakin bertambah kesibukanmu berpolah menggemaskan
Bangunlah! Berteriaklah!
Sambut kembali regukan harum susu ibumu
Jadikan modal energi penggubah negeri
Teruslah berteriak!
Kabarkan kepada semua, engkaulah kelak gadis akhir zaman
Gadis pemangku perjuangan dan simbol kesalihahan....
Kamis 27 okt 2011
*) Janji Tulisan untuk keponakan disetiap bulannya...
Melengkapi indahnya kamis gerimis
Sebulan lalu kau terlahir dengan senandung tangis manis
Teruslah manis, dan tetaplah manis...
Wardah, negeri utara memanggilmu
Widad, eyang membahasakanmu
Silwa, rakyat surga menyapamu...
Tidaklah terkurang sayang meski berbeda sebut,
Sayang kami mengalir lembut
Semakin bertambah kesibukanmu berpolah menggemaskan
Bangunlah! Berteriaklah!
Sambut kembali regukan harum susu ibumu
Jadikan modal energi penggubah negeri
Teruslah berteriak!
Kabarkan kepada semua, engkaulah kelak gadis akhir zaman
Gadis pemangku perjuangan dan simbol kesalihahan....
Kamis 27 okt 2011
*) Janji Tulisan untuk keponakan disetiap bulannya...
Ditulis oleh: Faiz Wildan
CATATAN GUS WILDAN
Updated at :
01.54
Langganan:
Postingan (Atom)